Kedua jarum jam berhimpit sejajar
menunjuk angka 12, suara ringkikan jangkrik terdengar jelas sekali di
telingaku. Sesekali terdengar suara mesin motor dari anak-anak kampungku yang
masih seliweran. “..ndak bubuk dek ?” ibu bertanya padaku yang
masih sibuk dengan laptop. “..sebentar bu, masih ada tugas..” demikian
jawabku. Ibuku berlalu dengan langkah
terhuyung-huyung menuju kamarnya.
Sementara aku masih sibuk dengan
laptop, mengejar deadline tugas yang hampir tiba. Jari-jari tanganku dengan
lincahnya bergerak mengitari tuts keyboard laptop yang sudah terasa panas. Kata
demi kata tersusun menjadi beberapa paragraf namun sinar layar laptop seakan
memaksa ku untuk cepat-cepat berhenti
menatapnya. Oke, aku putuskan untuk
merebahkan diri sejenak.
Kriieek,. Bunyi sebuah pintu terbuka perlahan. Bunyi itu
muncul dari arah kamar ibu, benar saja..pintu kamar ibuku sedikit terbuka.
Melihat itu, perlahan-lahan aku bangun untuk menutup pintu itu. Kamar ibu yang
jaraknya hanya sekitar 1 meter dari ruang belajarku itu sudah didepan mata.
Ketika tanganku sudah meraih gagang pintu itu, ada perasaan yang mendorongku
untuk masuk kamar ibu. Akhirnya aku masuk ke kamar ibu, kulihat ibu tidur
berbaring telentang dengan dua bantal tersusun di bawah kakinya. Ibu memang selalu
tidur dengan bantal di kaki, bukan di kepalanya. Itu sudah berlangsung cukup
lama, mungkin sejak 3x365 hari yang lalu.
Kurendahkan tubuhku mendekati
tubuh ibu, sejenak kuamati perut ibu yang bergerak ke atas dan ke bawah karena
nafasnya, lalu mataku tiba-tiba saja tertuju pada kepala ibuku. Kepala ibu yang
sudah jarang ditumbuhi rambut itu mensyaratkan usianya yang sudah tak muda
lagi. Kudekatkan lagi mataku, kutemukan rambut-rambut putih yang jumlahnya
tidak kalah dengan yang berwarna hitam. Mataku berhenti sejenak, hatiku
tiba-tiba terenyuh “yaa Allah.. apa yang sudah aku perbuat selama ini untuk
ibu? ibuku sudah tak muda lagi, masihkah aku sempat membahagiakannya?” gumamku. Perlahan kugerakkan kedua mataku untuk men-tadabburi wajah ibu. Kulihat
garis-garis tipis di kening ibu. Mulutku berbisik “bu.. mungkin garis-garis ini
terbentuk karena seringnya engkau mengkerutkan kening, berpikir keras
memberikan kasih terbaik agar anakmu tumbuh tanpa kekurangan apapun”.
Kupijat tangan ibu dengan
perlahan agar ibu tidak bangun, sembari menghela nafas kupejamkan mataku sambil
membayangkan “dengan tangan ini ibu menggendong aku yang baru terlahir ke bumi,
diusapnya dengan lembut kepalaku, meneteskan air mata bahagia atas
perjuangannya melahirkan calon khalifah baru untuk bumi,.dengan tangan ini ibu
memukul untuk menghindarkanku dari hal-hal negatif, namun dengan tangan ini jua-lah ibu mendoakan aku agar tegar menjalani kehidupan”.
Air mata-ku menetes perlahan,.. sambil tersesak aku berbisik “ibu.. entah dari apa Tuhan menciptakan makhluk
seperti engkau, engkau memang manusia tapi engkau spesial. Yaa Allah, aku bersyukur,
Engkau titipkan aku dalam rahim makhluk-Mu yang spesial ini, Engkau sampaikan
kasih dan sayang-Mu melalui ibu”.
Tak kuasa aku menahan air mata
yang semakin deras menetes,.. kulepas tangan ibu lalu aku tatap kedua tanganku. Aku
berkata pada diriku sendiri “berapa banyak dosa-mu pada ibu? Pantaskah kamu menyakiti ibu yang setiap hari tak pernah lupa mendoakanmu? masihkah kamu akan durhaka pada ibu? Mengabaikan
perintahnya? Mengeraskan suara-mu ketika ibu menasihati dan menegurmu? Ingatkah kamu ketika kamu berbohong padanya hanya untuk kesenanganmu yang tidak penting? Masihkah kamu tega berbohong pada-nya?"
Kutarik nafas dalam-dalam, kutatap wajah ibu sekali lagi, lalu sambil kupejamkan mata, aku berkata dalam hati "Berjanjilah !! di sisa hari-mu, kamu akan membuat senyum ibu lebih indah, kamu doakan ia dalam setiap sujudmu, dan kamu akan merawatnya ketika kelak ia sudah lemah tak berdaya, menyayanginya sebagaimana ia sangat menyayangimu yang dulu terlahir dalam keadaan lemah tak berdaya”. Jantungku berdegup semakin kencang,.. dadaku semakin sesak karena nafas yang tak beraturan,.. dan tiba-tiba saja ........................................................
Kutarik nafas dalam-dalam, kutatap wajah ibu sekali lagi, lalu sambil kupejamkan mata, aku berkata dalam hati "Berjanjilah !! di sisa hari-mu, kamu akan membuat senyum ibu lebih indah, kamu doakan ia dalam setiap sujudmu, dan kamu akan merawatnya ketika kelak ia sudah lemah tak berdaya, menyayanginya sebagaimana ia sangat menyayangimu yang dulu terlahir dalam keadaan lemah tak berdaya”. Jantungku berdegup semakin kencang,.. dadaku semakin sesak karena nafas yang tak beraturan,.. dan tiba-tiba saja ........................................................
Kriiing..kriing..kriing, bunyi
alarm HP –ku yang sengaja aku set untuk berdering tiap pukul setengah 12
malam. Aku terperanjat, kaget dengan bunyi itu, aku bangkit dari kasurku yang
empuk sambil meraih HP ku dan mematikan alarm tadi. Aku duduk dengan mata yang basah dengan air mata, aku tersadar
bahwa baru saja aku bermimpi.
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." QS. Luqman : 14
Termehek-mehek jadinya ... :') Apik ,,, jdul ambigumu membuat orang pnsaran pngin baca.. kwkkwkkwk...
BalasHapusWow, mimpi basah! Boleh2 bikin orang jadi heboh sendiri pengen baca tulisannya
BalasHapusKasih ibu sepanjang beta, tak terkira sepanjang masa ... Sering-sering mendoakan ibu regk
BalasHapusSubhanallah...
BalasHapusTulisanmu. Membuka mata....
Bagus. Bisa lebih berasa lw it bukan hanya mimpi....
BalasHapus. feel.a dpet.....
. good wafa.....
Bagus tulisannya, Wafa :') aku nangis Fa, jadi kangen Ibu. Hari ini beliau ke luar kota.. Oh rindunya..
BalasHapuswafaa.. :) tulisanmu bagus. jadi mengingatkanku ama 2 orang ibu yang aq punya. Ibu kandungku sendiri & Ibu yang sudah menyayangiku seperti putrinya sendiri.
BalasHapusbaca tulisanmu bikin aq malu sendiri, krn kadang aq masih berbicara keras ke ibu kandungku.
Ceghek
BalasHapus